Jumat, 04 Mei 2012

Memilih Kampus dan Jurusan

Hai, aku kembali. Hari ini, tengah malam di awal tanggal 3 Mei 2012. Bumi Indonesia tengah berkabung dgn wafatnya Menkes Endang Rahayu Sedyaningsih. Semoga diberi kemudahan dan diterima di sisi-Nya. Amin. Back to the title, whats again, sir? Okay okay. Saat aku menulis postingan ini, aku sedang galau. Yap. Galau. Tapi bukan galau cinta hahaha. Ini galau SNMPTN Tertulis. Aku tengah berjibaku dengan sejarah, ekonomi, geografi dan sosiologi. Ya. Karena aku memilih PURE IPS di SNMPTN kelak walaupun aku berasal dari IPA. Hahaha .*evillaugh. Dan ini sekelumit sejarah pemilihan jurusanku. O:) - Aku tak tahu pasti kapan. Tapi yang jelas, orang pertama yang membukakan mata hatiku tentang ”meh kuliah nengdi? Njupuk opo?” adalah guru BK-ku, Ibu Sumadiyati saat beliau tengah menerangkan di depan kelas pas aku kelas XI. JLEB! Hubungan Internasional. Ya, itu adalah prodi yg dituliskan beliau di white board. Melting ketika kudengar peluang kerjanya. Itu aku banget. Debat, argumen, keliling dunia. Kyaaaa. I want to be thereeee. Guess what? Fina juga ternyata minat ke HI. Sharing-sharinglah kita. Adalah UGM kampus pertama yang kita tuju. Aku juga belum ada deal dgn ortu, tapi sepihak kuputuskan UGM. Menginjak kelas dua belas, kupersiapkan segala keperluan SNMPTN Undanganku yang saat itu emang aku masih optimis dengan Undangan. Sejarah, English, Indonesia dan PKn adalah beberapa mapel yang benar-benar aku intensifkan untuk ditingkatkan pencapaiannya. UGM.UGM.UGM masih terngiang hebat di telingaku. Hingga di pertengahan tahun ajaran kalau tidak salah, Decky yang semula juga mau ambil Arsitektur UGM, pindah haluan ke UB Malang melalui sebuah perbincangan di WP. Aku pun tergiur juga. Secara berdasarkan sumber, UGM terlalu tinggi grade-nya, finally I choice UB too, same with him. Hehehe. Setelah sampai di part ini, jujur aku lupa-lupa ingat bagaimana kronologinya. Yang jelas masa-masa kritis pengumuman peserta SNMPTN Undangan, UB.UB.UB tetap terngiang. Pas aku tahu aku masuk Undangan tapi ternyata UB gak nerima lintas jurusan, aku back to UGM, karena aku beranggapan, sekalian aja pasang harga tinggi. Tapi ternyata, takdir seperti bermain. Aku terpental begitu saja dari penerima SNMPTN Undangan -baca post sebelumnya- dan…tada…. UB tetap di hati. Search search dan search. Sebuah kampus impian bernama Universitas Brawijaya Malang. - Dan pascatragedi SNMPTN Undangan, aku berniat mengutarakan keinginanku untuk kuliah di UB kepada ayah. Tapi, kembali takdir bermain. Beliau melarangku kuliah di UB. Selain faktor terlalu jauh, finansial juga jadi salah satu faktor yang cukup mengganjal. - UMY. Iseng-iseng, ku kirim applicant HI UMY. Dan diterima. Satu tempat ku dapat. Banyak saran suruh aku ngambil HI UMY, tapi aku sempat ragu. Biaya awalnya 6000k dan kesimpang siuran uang kembali mengganjalku. Akhirnya aku mengurungkan niat. Bisik-bisik temanku memengaruhiku. Ambil, ambil, ambil. Finally ketika ayah tahu, ayah bilang bakal diomongin sama ibu. Aku beragumen bahwa UMY adalah cadangan. Dengan menyimpan satu tempat, keberanianku untuk memasang target tinggi di SNMPTN Tertulis juga semakin tinggi. UB.UB.UB. - Kali ini aku menyerah ketika ayah juga tidak menyetujuinya. Uang kembali yang jadi masalah. Aku menarik napas dan bilang….oke tidak apa-apa. Aku kuliah yang dekat-dekat saja. Universitas Diponegoro pilihanku. HI Undip memang baru, tapi ini negeri toh? Coba aja dulu lah. Search and browse, ku mantapkan milih Undip. God beside me, beside my family. UGM-UB-UNDIP. - Tahu gak? Aku juga sempat berencana kuliah di UIN Jakarta ketika UGM masih menggelora di otakku sebagai pilihan ke-2 di SNMPTN Undangan -saat itu masih ada kans-, tapi tentu ditolak mentah-mentah oleh ibu. Wow. - Faktanya, kekecewaanku tidak bisa ikut SNMPTN Undangan tentu mendalam. Sesalku, kenapa dulu aku tidak pilih IPS pas penjurusan? Mengapa aku begitu tidak memikirkan kuliah pas kelas X? Mengapa anggapan IPA bisa ke IPS, IPS gak bisa ke IPA termaktub di pikiranku saat itu? Mengapa SNMPTN Undangan 2012 hanya mempertimbangkan 6 mapel UN? Jika aku diterima Undangan-pun, mengapa ada kampus yang menolak lintas jurusan? Semua pertanyaan-pertanyaan diatas berhulu pada ”mengapa saya tidak milih IPS pas penjurusan?” Ketika Bu Sum mulai mengenalkan HI padaku di kelas XI, dikotomi IPA bisa ke IPS terngiang jelas di otakku. Dan itu ternyata sesat. Menarik lagi ke hulu, mengapa aku tak tahu ingin kuliah kemana pas kelas X? Sungguh suram suram dan suram aku di kelas X. Fiuh. - Namun tak ada yang harus disalahkan lagi, padi sudah jadi beras, beras jadi nasi, nasi jadi bubur, dan bubur jadi tah*. Hehehehe. Kini aku berjuang merontokan mapel IPS dalam pilihanku di SNMPTN IPS MURNI. Alhamdulillah, orang tuaku tak begitu mempermasalahkan migrasiku dari IPA ke IPS. Ku buang rasa malu, canggung, pas harus pikpu bersama anak IPS. Aku tahu mereka berhujat dalam hati ”SALAH JALAN!”. Tapi aku cuma manusia biasa. Dan salah satu pengakuan terdahsyatku adalah, ya benar, aku salah jurusan. Lalu apakah aku tidak punya hak membenarkan jurusanku? - Itu adalah tulisanku mengenai sejarah pemilihan kampus dan jurusanku. Dari besar, ke yang kecil. UGM UB UNDIP. Semoga lancar dan diterima di Jurusan Ilmu Hubungan Internasional Universitas Diponegoro 2012. Amin. Muhammad Wahyudin Setiawan.